"Demi mempercepat penyerapan, kami telah membentuk Tim Jemput Gabah di setiap unit kerja, termasuk di Kantor Cabang Hulu Sungai Tengah dan Kotabaru. Tim ini bekerja sama dengan penyuluh pertanian, Babinsa, dan perangkat desa untuk mengidentifikasi potensi panen di daerah dan segera melakukan serapan di lapangan," ucapnya.
Selain itu, Bulog juga bekerja sama dengan 12 mitra maklon untuk pengeringan dan penggilingan gabah. Serta 68 mitra penggilingan padi yang tersebar di seluruh Kalimantan Selatan.
Sementara itu, Manajer Pengadaan Bulog Kanwil Kalsel, Radit, menjelaskan bahwa wilayah kerja mencakup lima kabupaten/kota utama, yakni Tanah Laut. Serta Barito Kuala, Banjarmasin, Banjar, dan Banjarbaru.
"Serapan terbesar berasal dari Kabupaten Tanah Laut sebanyak 535 ton, disusul Barito Kuala 508 ton, dan Kabupaten Banjar 97 ton. Untuk Banjarmasin dan Banjarbaru, karena merupakan wilayah perkotaan dengan lahan terbatas, panen gabah biasanya terjadi di semester kedua, sekitar Juli hingga September," ujar Radit.
Radit juga menyoroti isu utama mengenai harga. Sesuai instruksi Presiden dan keputusan Badan Pangan Nasional, harga beli gabah ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram. Namun, masih ditemukan kasus harga jual petani di bawah HPP karena mereka terikat dengan tengkulak. dilansir rri.co.id