Di sisi lain, nada hawkish dari The Fed juga menekan emas. Meskipun bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan tetap di kisaran 4,25%-4,50%, Ketua Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga ke depan kemungkinan akan berjalan lebih lambat dari ekspektasi pasar.
Powell mengingatkan bahwa risiko inflasi tetap tinggi, terutama setelah rencana kenaikan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini menyebabkan pasar mengurangi ekspektasi terhadap pelonggaran moneter jangka pendek, sehingga emas - yang tidak memberikan imbal hasil (yield) - menjadi kurang menarik.
"Emas perlu kembali ke level US$ 3.400 untuk memberikan sinyal kuat bagi para bulls," ujar Tai Wong, analis logam senior yang dikutip Reuters.
SPDR Naik Tipis, Dukungan Masih Ada
Meski harga spot melemah, sentimen positif muncul dari sisi institusi. SPDR Gold Trust (GLD), ETF emas terbesar di dunia, melaporkan kenaikan kepemilikan sebesar 0,30% menjadi 950,24 ton per 20 Juni 2025, dari sebelumnya 947,37 ton pada 18 Juni. Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor besar masih melihat emas sebagai aset strategis jangka panjang.
Namun, tambahan akumulasi ini belum cukup untuk membalikkan tekanan mingguan akibat meredanya tensi geopolitik dan panduan kebijakan moneter yang ketat.
Outlook: Masih Ada Harapan, Tapi Jalan Terjal